v Terapi
Humanistik-Eksistensial
Terapi
eksistensial humanistik merupakan terapi yang dilakukan dengan pendekatan
berdasarkan pada pemahaman filosofis tentang menjadi manusia yang utuh, apa
makna menjadi manusia, dan apa makna keberadaannya. Terapi ini berakar pada
filsafat eksistensial. Oleh karena itu terapi ini berawal dan berkembang dari
filsuf-filsuf eksistensial, seperti Friedrich Nietzsche dan Søren Kierkegaard.
Namun Martin Heidegger lah yang merupakan tokoh pendiri eksistensialisme yang
berpengaruh besar pada konseling dan psikoterapi eksistensial. Meskipun ia
tidak terlibat langsung dalam psikoterapi, filsafat eksistensinya diangkat dan
dijadikan acuan oleh psikiatris dari Swiss, yaitu Ludwig Binswanger (1881) dan
Medard Boss (1903) yang mereka gunakan dalam memahami kesulitan klien.
Dalam
perkembangannya terapi ini dipelopori oleh banyak tokoh berpaham eksistensial
seperti Victor Frankl, Rollo May, Irvin Yalom, James Bugental. Eksistensialisme
bersama-sama dengan psikologi humanistik, muncul untuk merespon dehumanisasi
yang timbul sebagai efek samping dari perkembangan industri dan urbanisasi
masyarakat. Pada waktu itu banyak orang yang membutuhkan kekuatan untuk
mengembalikan sense of humanness disamping untuk memecahkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan kebermaknaan hidup.
Menurut Kartini
Kartono dalam kamus psikologinya mengatakan bahwa terapi eksistensial
humanistic adalah salah satu psikoterapi yang menekannkan pengalaman subyektif
individual kemauan bebas, serta kemampuan yang ada untuk menentukan satu arah
baru dalam hidup. Sedangkan menurut W.S Winkel, terapi eksistensial humanistik
adalah konseling yang menekankan implikasi-implikasi dan falsafah hidup dalam
menghayati makna kehidupan manusia dibumi. Terapi ini berfokus pada situasi
kehidupan manusia dialam semesta, yang mencakup tanggung jawab pribadi,
kecemasan sebagai unsur dasar dalam kehidupan batin. Terapi ini memberikan
kajian psikologis untuk mengungkap eksistensi manusia pada taraf empiris,
terutama berpusat pada diri, holistik, terobsesi pada aktualisasi diri, serta
mengajarkan optimisme mengenai kekuatan manusia untuk mengubah diri mereka
sendiri.
1.
Konsep Terapi Humanistik-Eksistensial
Psikologi
eksistensial humanistic berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama
adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih – alih
suatu sistem teknik – teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien.
Pendekatan terapi eksistensial bukan suatu pendekatan terapi tunggal, melainkan
suatu pendekatan yang mencakup terapi–terapi yang berlainan yang kesemuanya
berlandaskan konsep–konsep dan asumsi–asumsi tentang manusia.
Menurut Gerald Corey, (1988:54-55) ada
beberapa konsep utama dari pendekatan eksistensial yaitu :
A. Kesadaran
diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk
menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang
memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri
itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang
itu. Kesanggupan untuk memilih alternative – alternatif yakni memutuskan secara
bebas di dalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada
manusia.
B. Kebebasan,
tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung
jawab dapat menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia.
Kecemasan eksistensial juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas
keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati.
Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang,
sebab kesadaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia
memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi – potensinya.
C. Penciptaan
Makna.
Manusia itu unik, dalam artian bahwa
dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan
memberikan makna bagi kehidupan. Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan
untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab
manusia adalah makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang
bermakna dapat menimbulkan kondisi-kondisi keterasingan dan kesepian. Manusia
juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi – potensi
manusiawinya sampai taraf tertentu.
Konsep dasar menurut Akhmad Sudrajat
adalah :
A. Manusia
sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan sendiri apa yang ia kerjakan dan
yang tidak dia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia inginkan. Setiap
orang bertanggung jawab atas segala tindakannya.
B. Manusia
tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh karena itu
manusia mesti berani menghancurkan pola-pola lama dan mandiri menuju
aktualisasi diri
C. Setiap
orang memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif. Kreatifitas
merupakan fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada seluruh bentukself
expression.
Menurut Akhmad
Sudrajat individu yang salah suai tidak dapat mengembangkan
potensinya. Dengan perkataan lain, pengalamannya tertekan.
2.
Tujuan Terapi Humanistik-Eksistensial
Menurut Gerald
Corey, (1988:56) ada beberapa tujuan terapeutik yaitu :
A. Agar
klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas
keberadaan dan potensi – potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan
bertindak berdasarkan kemampuannya. Keotentikan sebagai “urusan utama
psikoterapi” dan “nilai eksistensial pokok”. Terdapat tiga karakteristik dari
keberadaan otentik :
1) Menyadari
sepenuhnya keadaan sekarang,
2) Memilih
bagaimana hidup pada saat sekarang, dan
3) Memikul
tanggung jawab untuk memilih.
B. Meluaskan
kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni
menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
C. Membantu
klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri,
dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekadar korban kekuatan –
kekuatan deterministic di luar dirinya.
Tujuan Konseling menurut Akhmad
Sudrajat yaitu :
A. Mengoptimalkan
kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima keadaannya menurut apa
adanya. Saya adalah saya.
B. Memperbaiki
dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta pandangan-pandangan
individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai dengan dirinya agar individu
dapat mengembangkan diri dan meningkatkan self actualization seoptimal
mungkin.
C. Menghilangkan
hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh individu dalam proses
aktualisasi dirinya.
D. Membantu individu dalam menemukan
pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat dijangkau menurut kondisi dirinya.
3. Peran Terapis Humanistik-Eksistensial
A. Menurut
Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama
yang mencakup hal-hal berikut :
B. Mengakui
pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadian.
C. Menyadari
peran dan tanggung jawab terapis.
D. Mengakui
sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
E. Berorientasi
pada pertumbuhan.
F. Menekankan
keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
G. Mengakui
bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
H. Memandang
terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi
bagi tindakan kreatif dan positif.
I. Mengakui
kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan
tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
J. Bekerja kearah
mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
4.
Teknik Terapi Humanistik-Eksistensial
Teknik yang
digunakan mengikuti alih–alih mendahului pemahaman. Karena menekankan pada
pengalaman klien sekarang, para terapis eksistensial menunjukkan keleluasaan
dalam menggunakan metode–metode, dan prosedur yang digunakan oleh mereka bisa
bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang lainnya, tetapi
juga dari satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama Meskipun
terapi eksistensial bukan merupakan metode tunggal, di kalangan terapis
eksistensial dan humanistik ada kesepakatan menyangkut tugas–tugas dan tanggung
jawab terapis.
Psikoterapi
difokuskan pada pendekatan terhadap hubungan manusia alih–alih sistem teknik.
Para ahli psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal –
hal berikut (Gerald Corey.1988:58) :
A. Mengakui
pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi.
B. Menyadari
peran dari tanggung jawab terapis.
C. Mengakui
sifat timbal balik dari hubungan terapeutik.
D. Berorientasi
pada pertumbuhan.
E. Menekankan
keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
F. Mengakui
bahwa putusan – putusan dan pilihan – pilihan akhir terletak di tangan klien.
G. Memandang
terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya hidup dan pandangan
humanistiknya tentang manusia bisa secara implicit menunjukkan kepada klien
potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
H. Mengakui
kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk mengembangkan
tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
Bekerja ke arah
mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
Menurut Akhmad
Sudrajat teknik yang dianggap tepat untuk diterapkan dalam pendekatan ini yaitu
teknik client centered counseling, sebagaimana dikembangkan oleh
Carl R. Rogers. meliputi:
(1) acceptance (penerimaan);
(2) respect (rasa
hormat);
(3) understanding (pemahaman);
(4) reassurance (menentramkan
hati);
(5) encouragementlimited
questioning (pertanyaan terbatas; dan
(6) reflection (memantulkan
pernyataan dan perasaan);
(7) (memberi
dorongan).
Melalui
penggunaan teknik-teknik tersebut diharapkan konseli dapat (1) memahami dan
menerima diri dan lingkungannya dengan baik; (2) mengambil keputusan yang
tepat; (3) mengarahkan diri; (4) mewujudkan dirinya.
v Terapi Psikoanalisa
Terapi
Psikoanalisa merupakan terapi yang menggunakan pendekatan yang begitu aktif,
dengan teknik yang digunakannya dengan cara membuka kenangan masa kanak-kanak
yang telah mengalami resepsi. Prosedur sugestif ini memberikan hasil yang
dibutuhkan yaitu pegakuan akan hal-hal yang telah terjadi pada masa
kanak-kanak.
1. Konsep Terapi Psikoanalisa
Freud membagi 4 konsep psikoanalisa, yaitu:
A. Alam tidak sadar dan alam sadar.
1) Alam tidak sadar.
Alam tidak sadar menjadi tempat bagi segala dorongan,
desakan, maupun insting yang tak kita sadari tetapi ternyata mendorongpernyataan,
perasaan, dan tindakan kita.
2) Alam sadar.
Alam sadar memuat semua elemen yang tak disadari,
tetapi biasmuncul dalam kesadaran dengan cepat atau agak sukar.
B. Wilayah pikiran.
1) Id (pleasure principle).
Id adalah wilayah yang primitif, kacau balau, dan tak terjangkauoleh alam sadar.
Id tak sudi diubah, amoral, tidak logis, tak biasdiatur,
dan penuh energi yang dating dari dorongan-dorongan dasarserta dicurahkan semata-mata untuk memuaskan prinsipkesenangan.
2) Ego (reality principle).
Ego merupakan satu-satunya wilayah pikiran
yang memiliki kontakdengan realita. Ego dikendalikan oleh reality
principle yang berusaha menggantikan prinsip kesenangan milik
id.
3) Superego (moralistic and idealistic
principles).
Superego mewakili aspek-aspek moral dan ideal dari kepribadianserta dikendalikan oleh moralistic
and idealistic principles yang berbeda dengan prinsip kesenangan dari
id dan prinsip realistis dari ego.
C. Kecemasan
Kecemasan merupakan situasi afektif yang
dirasa tidak menyenangkan yang diikutioleh sensasi fisik
yang memperingatkan seseorang akan bahaya yang mengancam.
Terdapat 3 kecemasanyaitu, kecemasan neurosis, kecemasan moral, dankecemasan realistis.
2. Tujuan Terapi
Psikoanalisa
A. Membentuk kembali struktur karakter individu dengan cara membuatjalan keluar untuk kesadaran
yang tak disadari didalam diri klien.
B. Fokus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak.
3. Peran Terapis
Psikoanalisa
A. Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri,
kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menanganikecemasan secara realistis.
B. Membangun hubungan kerja dengan klien,
dengan banyak mendengardan menafsirkan.
C. Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakanklien.
D. Mendengarkan kesenjangan-kesenjangan dan pertentangan-pertentangan pada cerita klien.
4. Teknik Terapi
Psikoanalisa
A. Asosiasi bebas.
Asosiasi bebas adalah teknik yang member kebebasan pada klienuntuk mengatakan apa saja perasaan,
pemikiran, dan renungan yang ada dalam pikirannya tanpa ada
yang disembunyikan.
B. Analisis mimpi.
Freud menggunakan analisis mimpi untuk mengubah muatan manifestpada mimpi menjadi muatan laten
yang lebih penting. Muatan laten terdiri dari motif yang disamarkan,
tersembunyi dan bersifat simbolik karena terlalu menyakitkan dan mengancam
seperti dorongan seksual dan agresif. Sementara itu, muatan manifes terdiri dari bentuk mimpi yang tampil dalam
impian klien. Pada saat klien tidur, pertahanan egonya akan melemah sehingga
perasaan yang ditekan akan muncul ke alam sadar. Analisis mimpi memungkinkan
terapis untuk mengetahui masalah-masalah yang tidak terselesaikan oleh klien.
C. Analisis resistensi.
Resistensi dipandang oleh Freud sebagai
pertahanan klien terhadap kecemasan yang akan meningkat jika klien menjadi
sadar atas dorongan dan perasaan yang direpresinya.Resistensi dapatmenghambat kemampuan klien untuk mengalami kehidupan
yang lebihmemuaskan sehingga sebisa mungkin terapis harus dapat memberpemahaman pada klien
agar membuka tabir resistensinya.
D. Analisis transferensi.
Teknik ini akan mendorong klien menghidupkan kemabali masa lalunyasehingga member pemahaman pada klien mengenai pengaruhmasalalunya terhadap kehidupannya saat ini.
E. Penafsiran.
Penafsiran merupakan prosedur dasar yang
mencakup analisisterhadap asosiasi bebas, analisis mimpi,
analisis resistensi, dan analisistransferensi. Tujuan dari penafsiran ini adalah
agar mendororng ego klien untuk megasimilasi hal-hal baru dan mempercepat
proses penyingkapan hal-hal yang tidak disadari.
v
Person Centered Therapy
1. Konsep dasar pandangan Carl-Rogers tentang perilaku/kepribadian
Carl rogers adalah psikolog humanisitik yang berfokus pada hubungan terapeutik dan mengembangkan terapi metode baru yang berpusat pada klien. Rogers pertama kali menggunakan istilah klien bukan pasien. Rogers yakin bahwa setiap orang menjalani hidup didunia secara berbeda dan mengetahui pengalaman terbaiknya. Menurut Rogers klien benar-benar berupaya untuk sembuh dan dalam hubungan ahli terapi, klien yang suportif dan saling menghargai, klien dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Klien berada di posisi terbaik untuk mengtahui pengalamannya sendiri dan memahami pengalamannya tersebut dalam memperoleh harga diri dan aktualisasi dirinya.
Berbagai istilah dan konsep yang muncul dalam penyajian teori Rogers mengenai kepribadian dan perilaku yang sering memiliki arti yang unik dalam orientasi sebagai berikut :
a.Pengalaman, mengacu pada dunia pribadi individu.
b.Realitas, untuk tujan psikologis realitas pada dasarnya adalah dunia pribadi dari persepsi individu, meskipun untuk tujuan sosial realitas terdiri dari orang-orang yang memiliki persepsi tingkat tinggi kesamaan antara berbagai individu.
c.Organisme bereaksi sebagai terorganisis yang utuh, dalam psikoterapi klien sering menjadi lebih jelas tentang apa yang lebih penting bagi mereka. Sehingga perubahan perilaku diarahkan dalam tujuan untuk di klasifikasikan.
d.Organisme mengaktualisasi kecenderungan, diberi pilihan bebas dan tidak adanya kekuatan eksternal.
e.Frame Internal Referensi, cara dunia muncul dan sebuah makna yang melekat pada pengalaman dan melibatkan perasaan.
f.Konsep diri, menurut Gestalt kesadaran merupakan cairan dan proses perubahan.
g.Symbolization, proses dimana individu menjadi sadar.
h.Penyesuaian psikologis & ketidakmampuan menyesuaikan diri, hal ini mengacu pada konsistensi, atau kurangnya konsistensi antara pengalaman individu sensorik dan konsep diri.
2. Unsur-unsur terapi
a.Peran terapis
Menurut Rogers, peran terapis bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap-sikap mereka, tidak pada teknik-teknik yang dirancang agar klien melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa sikap-sikap terapislah yang memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuna, teori atau teknik-teknik yang mereka miliki. Terapis dan klien tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan dicapai. Terapis percaya bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin dicapainya. Terapis hanya faslitator dan kesabaran adalah esensial.
b.Tujuan terapis
Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang dimilikinya pada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah non direktif yaitu pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi.
3. Teknik-teknik terapi
Untuk terapis person-centered, kualitas hubungan terapis jauh lebih penting daripada teknik. Menurut Rogers ada tiga kondisi terapi, yaitu :
a.Empati
Empati adalah kemampuan terapis untuk merasakan bersama dengan klien dan menyampaikan pemahaman kembali kepada mereka. Empati adalah usaha untuk berpikir bersama dan bukan berpiki tentang atau mereka. Rogers mengatakan bahwa penelitian yang ada makin menunjukkan bahwa empati dalam suatu hubungan mungkin adalah faktor yang paling berpengaruh dan sudah pasti merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dan pembelajaran.
b.Positive Regard
Dikenal juga sebagai akseptansi adalah geunine caring yang mendalam untuk klien sebagai pribadi sangat menghargai klien karena keberadaannya.
c.Congruence
Adalah kondisi transparan dalam hubungan terapeutik dengan tidak memakai topeng atau pulasan-pulasan. Menurut Rogers perubahan kepribadian yang positif dan signifikan hanya bisa terjadi di dalam suatu hubungan.
v
LOGOTERAPI
1. Konsep dasar pandangan Frankl tentang perilaku/kepribadian
Logoterapi berasal dari kata “logos” yang dalam bahasa yunani berarti makna dan juga rohani. Sedangkan terapi adalah penyembuhan atau pengobatan. Logoterai secara umum dapat digambarkan sebagai corak psikolog / psikiatri yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia di samping dimensi ragawi dan kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna hidup dan hasrat adalah hidup yang didambakan.
2. Unsur-unsur terapi
a. Munculnya gangguan logoterapi biasanya dilakukan untuk klien-klien yang mengalami PTSD (Post Traumatic Stres Disorder), karena biasanya orang yang stres akibat trauma cenderungmenyalahkan diri sendiri bahkan bisa ke resiko mencederai diri dan orang lain.
b.Tujuan terapi
Tujuan dari logoterapi adalah memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras,keyakinan dan agama. 2. Menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan. 3. Memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.
c. Peran terapis, peranan dan kegiatan terapis menurut Semiun (2006) terdapat beberapa peranan dan kegiatan terapis yaitu menjaga hubungan akrab dan pemisahan ilmiah, mengendalikan filsafat pribadi, terapis bukan guru, memberi makna lagi pada hidup, memberi makna lagi pada penderitaan, menekankan maknakerja dan menekankan makna cinta.
3. Teknik-teknik Logoterapi
Metode penanganan atau teknik-teknik terapi yaitu :
a.Intensi paradoksikal
Frankl memulai dengan membahas suatu fenomena yang disebut kecemasan antisipatori yaitu, kecemasan yang diitmbulkan oleh antisipasi individu atas suatu situasi dan atau gejala yang ditakutinya. Kecemasan antisipatori ini lazim dialami oleh para pengidap fobia.
b.Derefleksi
Frankl kembali menggunakan kecemasan antisipatori sebagai titik tolak. Menurut Frankl, pada kasus dimana kecemasan antisipatori menunjukkan pengaruhnya yang kuat, kita bisa mengamati suatu fenomena yang cukup menonjol, yakni paksaan kepada observasi diri atau pemaksaan untuk mengatasi diri sendiri. Istilah lain untuk fenomena tersebut adalah refleksi yang berlebihan
c.Bimbingan rohani
Menurut Frankl untuk kasus-kasus neurosis noogenik logoterapi merupakan terapi yang spesifik, sementara untuk sejumlah kasus lainnya logoterapi merupaka terapi non spesifik. Artinya, ada kasus-kasus dimana psikoterapi konvensional perlu diterapkan, dan logoterapi bisa digunakan sebagai pelengkap guna menghasilkan kesembuhan yang komplet. Ada pula kasus-kasus dimana yang diperlukan bukan terapi, melainkan sesuatu yang lain yaitu bimbingan rohani.
Daftar Pustaka
Feist, J & Feist, G. 2014. Teori
Kepribadian Theories of Personality. Jakarta: Salemba Humanika
Abidin,
Zanial, 2002. Analisis Eksistensial Untuk Psikologi dan Psikiatri. Bandung:
PT Refika Aditama.
Corey,
G. (1999). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Koeswara, E. (1992). Logoterapi Psikoterapi Viktor Frankl. Yogyakarta: Kanisius
Keishafeggy.blogspot.co.id/2015/04/konsep-dasar-pandangan-humanistik.html?m=1
https://mahamaul.wordpress.com/2015/04/22/artikel-6-konsep-carl-rogers-tentang-kepribadian-unsur-unsur-terapi-metode-metode-dalam-person-centered-therapy/
Koeswara, E. (1992). Logoterapi Psikoterapi Viktor Frankl. Yogyakarta: Kanisius
Keishafeggy.blogspot.co.id/2015/04/konsep-dasar-pandangan-humanistik.html?m=1
https://mahamaul.wordpress.com/2015/04/22/artikel-6-konsep-carl-rogers-tentang-kepribadian-unsur-unsur-terapi-metode-metode-dalam-person-centered-therapy/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar