Jumat, 06 November 2015

LEADERSHIP


LEADERSHIP

A. KEPEMIMPINAN

kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan untuk memengaruhi suatu kelompok guna mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan yang di tetapkan, disini juga dijelaskan bahwa sumber pengaruh ini bisa jadi bersifat formal seperti yang diberikan oleh pemangku jabatan manajerial dalam sebuah organisasi karena posisi manajemen memiliki tingkat otoritas yang diakui secara formal (Robbins dan Judge, 2011)

Terdapat beberapa teori kepemimpinan yakni teori sifat, teori perilaku dan teori kemungkinan,

– Teori Sifat Kepemimpinan (Trait theories of leadership)
teori yang mempertimbangkan berbagai sifat dan karakteristik pribadi yang membedakan para pemimpin dari mereka yang bukan pemimpin, berfokus pada berbagai karakteristik pribadi seorang pemimpin.

– Teori Perilaku (Behavioral theories of ledership)
Teori yang mengemukakan bahwa beberapa perilaku tertentu, membedakan pemimpin dari mereka yang bukan pemimpin, perbedaan antara teori sifat dan perilaku, dalam penerapanya, terletak pada asumsi pokoknya. Teori sifat berasumsi bahwa pemimpin dilahirkan, bukan diciptakan, sedangkan teori perilaku, berasumsi bahwa mereka yang ingin menjadi pemimpin yang efektif, dapat mengikuti program yang dirancang untuk menanamkan pola perilaku pada mereka yang ingin, dengan kata lain pemimpin dapat diciptakan.
– Teori Kemungkinan

1. Model Fielder
Model kemungkinan kepemimpinan pertama yang komprehensif adalah, dikembangkan oleh Fred Fielder, dimana ia menyatakan bahwa kinerja kelompok yang efektif bergantung pada kesesuaian antara gaya pemimpin dan sejauh mana situasi memberikan kendali kepada pemimpin tersebut

2. Teori situasional Hersey dan Blanchard
Sebuah teori kemungkinan yang berfokus pada kesiapan para pengikut. Kepemimpinan yang berhasil dapat dicapai dengan cara memilih gaya kepemimpinan yang baik dan yang benar, penekanan pada para pengikut dalam efektivitas kepemimpian mencerminkan bahwa para pengikutlah yang menerima atau menolak pemimpin tersebut.

 

B. TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF

Sebab kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan seimbang antara pemimpin dan bawahan, pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Komunikasi dua arah makin bertambah frekuensinya, pemimpin makin mendengarkan secara intensif terhadap bawahannya. Keikutsertaan bawahan untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan makin banyak, sebab pemimpin berpendapat bahwa bawahan telah memiliki kecakapan dan pengetahuan yang cukup luas untuk menyelesaikan tugas.

Ciri-cirinya :

1.      Pemimpin memberikan dukungan tinggi dan sedikit/rendah pengarahan.

2.      Posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dipegang secara   berganti antara pemimpin dan bawahan.

3.      Komunikasi dua arah ditingkatkan.

4.      Pemimpin mendengarkan bawahan secara aktif.

5.      Tanggung jawab pemecahan masalah dan pengambilan keputusan sebagian besar pada bawahan.

a.       Teori X dan Teori Y dari Douglas McGregor

Teori prilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y.

·         Teori X

Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.

Teori X memberikan petuah manajer harus memberikan pengawasan yang ketat, tugas-tugas yang jelas, dan menetapkan imbalan atau hukuman. Hal tersebut, karena manusia lebih suka diawasi daripada bebas, segan bertanggung jawab, malas dan ingin aman saja, motivasi utamanya memperoleh uang dan takut sanksi.

Contoh individu dengan teori X : pekerja bangunan.

 – Keuntungan Teori X :

Karyawan bekerja untuk memaksimalkan kebutuhan pribadi.

– Kelemahan Teori X :

a. Karyawan malas,

b. Berperasaan irrasional,

c. Tidak mampu mengendalikan diri dan disiplin.

·         Teori Y

Teori Y memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Individu yang berperilaku teori Y mempunyai sifat : suka bekerja, commit pada pekerjaan, suka mengambil tanggung jawab, suka memimpin, biasanya orang pintar.

Contoh orang dengan teori Y : manajer yang berorientasi pada kinerja.

– Keuntungan teori Y :

a. Pekerja menunjukkan kemampuan pengaturan diri,

b. Tanggung jawab,

c. Inisiatif tinggi,

d. Pekerja akan lebih memotivasi diri dari kebutuhan pekerjaan.

– Kelemahan Teori Y :

Apresiasi diri akan terhambat berkembang karena karyawan tidak selalu menuntut kepada perusahaan

B. Teori Sistem 4 dari Rensis Linkert

– Asumsi dasar

Bila seseorang memperhatikan dan memelihara pekerjanya dengan baik maka operasional organisasi akan membaik. Fungsi-fungsi manajemen berlangsung dalam empat system:

1.      Sistem pertama (exploitive authoritative)

system yang penuh tekanan dan otoriter dimana segala sesuatu diperintahkan dengan tangan besi dan tidak memerlukan umpan balik.

Pemimpin sangat otokratis, mempunyai sedikit kepercayaan kepada bawahan, suka mengekplotasi bawahan, bersikap paternalistik memotivasi dengan memberi ketakutan dan hukuman-hukuman, diselang seling pemberian penghargaan yang secara kebetulan (occasional reward), hanya mau memperhatikan pada komunikasi yang turun ke bawah, dan hanya membatasi proses pengambilan keputusan di tingkat atas.

2.      Sistem kedua (benevolent authoritative/otokrasi yang baik hati)

system yang lebih lunak dan otoriter dimana manajer lebih sensitive terhadap kebutuhan karyawan.

Mempunyai kepercayaan yang berselubung, percaya pada bawahan, mau memotivasi dengan hadiah-hadiah dan ketakutan berikut hukuman-hukuman, memperbolehkan adanya komunikasi ke atas, mendengarkan pendapat-pendapat, ide-ide dari bawahan, dan memperbolehkan adanya delegasi wewenang dalam proses keputusan, bawahan merasa tidak bebas untuk membicarakan sesuatu yang bertalian dengan tugas pekerjaannya dengan atasan.

3. Sistem ketiga (manajer konsultatif)

system konsultatif dimana pimpinan mencari masukan dari karyawan.

Mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahan, biasanya dalam perkara kalau ia memerlukan informasi, ide atau pendapat bawahan; masih menginginkan melakukan pengendalian atas keputusan-keputusan yang dibuatnya; mau melakukan motivasi dengan penghargaan dan hukuman yang kebetulan; dan juga berkehendak melakukan partisipasi; menetapkan dua pola hubungan komunikasi, iaitu ke atas dan ke bawah; membuat keputusan dan kebijakan yang luas pada tingkat bawah; bawahan merasa sedikit bebas untuk membicarakan sesuatu yang bertalian dengan tugas pekerjaan bersama atasan.

4.      Sistem keempat (partisipative group/kelompok partisipatif)

system partisipan dimana pekerja berpartisipasi aktif dalam membuat keputusan.

Mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap bawahan; dalam setiap persoalan selalu mengandalkan untuk mendapatkan ide-ide dan pendapat-pendapat lainnya dari bawahan, dan mempunyai niatan untuk mempergunakan pendapat bawahan secara konstruktif; memberikan penghargaan yang bersifat ekonomis dengan berdasarkan partisipasi kelompok dan keterlibatannya pada setiap urusan terutama dalam penentuan tujuan bersama dan penilaian kemajuan pencapaian tujuan tersebut; mendorong bawahan untuk ikut bertanggung jawab membuat keputusan, dan juga melaksanakan keputusan tersebut dengan tanggung jawab yang besar; bawahan merasa secara mutlak mendapat kebebasan

C. Model Leadership Continuum

Teori ini merupakan hasil pemikiran dari Robert Tannenbaum dan Warren H.Schmidt. Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa pimpinan mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.

Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negative, dimana sumber kuasa atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan.

Perilaku demokratis, perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari bawahan.

Menurut teori Continuum ada tujuh tingkatan hubungan pemimpin dengan bawahan:

1. Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling).

2. Pemimpin menjualkan dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling).

3. Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan.

4. Pemimpin memberiakn keputusan tentative dan keputusan masih dapat diubah.

5.  Pemimpin memberikan problem dan meminta sarang pemecahannya kepada bawahan    (consulting).

6. Pemimpin menentukan batasan-batasan dan minta kelompok untuk membuat keputusan.

7. Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan (joining).

 

Menurut Saya tentang materi yang telah dijelaskan diatas bahwa kepemimpinan itu ialah sebuah status jabatan, kemampuan, dan factor kunci dalam menentukan suksesnya suatu organisasi serta manajemen. Kepemimpinan adalah sebuah amanah atau tanggung jawab yang mengarahkan kerja para anggota organisasi manapun untuk mencapai tujuan yang akan dicapai oleh organisasi tersebut. Kepemimpinan yang baik diyakini mampu mengikat, mengharmonisasi, menjalin sebuah hubungan dengan para anggotanya serta mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing secara baik didalam maupun diluar.

Adapun yang terpenting adalah Sebuah kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan suatu keputusan yang seimbang antara pemimpin dan bawahannya, pemimpin dan bawahan yang sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan itu sangat mempengaruhi dalam langkah-langkah mencapai tujuan organisasi tersebut. Maka dari itu semua yang akan dilakukan oleh pemimpin dan bawahan dalam mencapai semua itu dibutuhkan sebuah komunikasi yang baik dan benar tanpa adanya kesalah pahaman atau ketidak pahaman antara pemimpin dan bawahannya didalam suatu organisasi.

 

 
DAFTAR PUSTAKA
Robbins dan Judge. 2008. Perilaku Organisasi, Edisi Duabelas. Penerbit Salemba Empat: Jakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen Diakses pada : 09-01-2014, 22:09


 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar