Teori-Teori
Leadership
4 Teori kepemimpinan dari konsep modern choice
approach participation yang memuat desicion tree for leadership dari vroom
& yetten
Konsep Decision Tree of Leadership dari Vroom &
Yetton
Salah satu tugas utama dari seorang pemimpin
adalah membuat keputusan. Karena keputusan-keputusan yg dilakukan para pemimpin
sering kali sangat berdampak kepada para bawahan mereka, maka jelas bahwa
komponen utama dari efektifitas pemimpin adalah kemampuan mengambil keputusan
yang sangat menentukan keberhasilan melaksanakan tugas-tugas pentingnya.
Pemimpin yang mampu membuat keputusan dengan baik akan lebih efektif dalam
jangka panjang dibanding dengan mereka yang tidak mampu membuat keputusan
dengan baik. Sebagaimana telah kita pahami bahwa partisipasi bawahan dalam
pengambilan keputusan dapat meningkatkan kepuasan kerja, mengurangi stress, dan
meningkatkan produktivitas.
Normative Theory dari Vroom and Yetton sebagai berikut :
a. AI (Autocratic)
Pemimpin memecahkan masalah atau membuat keputusan secara
unilateral, menggunakan informasi yang ada.
b. AII (Autocratic)
Pemimpin memperoleh informasi yang dibutuhkan dari bawahan namun
setelah membuat keputusan unilateral.
c. CI (Consultative)
Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara
perorangan, namun setelah itu membuat keputusan secara unilateral.
d. CII (Consultative)
Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara
berkelompok dalam rapat, namun setelah itu membuat keputusan secara unilateral.
e. GII (Group Decision)
Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya
secara berkelompok dalam rapat; Keputusan diperoleh melalui diskusi
terhadap konsensus.
Dalam memilih alternatif-alternatif
pengambilan keputusan tersebut para pemimpin perlu terlebih dahulu membuat
pertanyaan kepada diri sendiri, seperti: apakah kualitas pengambilan keputusan
yang tinggi diperlukan, apakah saya memiliki informasi yang cukup untuk membuat
keputusan yang berkualitas tersebut, apakah permasalahannya telah terstruktur
dengan baik. Dalam kaitannya dengan penerimaan keputusan, pemimpin harus
bertanya, apakah sangat penting untuk efektifitas implementasi para bawahan
menerima keputusan, apakah para bawahan menerima tujuan organisasi yang akan dicapai
melalui pemecahan masalah ini.
a. Normative Theory: Rules Designed To Protect
Decision Quality (Vroom & Yetton, 1973).
b. Leader Information Rule: Jika kualitas keputusan
penting dan anda tidak punya cukup informasi atau ahli untuk memecahkan masalah
itu sendiri, eleminasi gaya autucratic.
c. Goal Congruence Rule: Jika kualitas keputusan penting
dan bawahan tidak suka untuk membuat keputusan yang benar, aturlah keluar gaya
partisipasi tertinggi.
d. Unstructured Problem Rule: Jika kualitas keputusan
penting untuk anda kekurangan cukup informasi dan ahli dan masalah ini tidak
terstruktur, eliminasi gaya kepemimpinan autocratic.
e. Acceptance Rule: Jika persetujuan dari bawahan adalah
krusial untuk implementasi efektif, eliminasi gaya autocratic.
f. Conflict Rule: Jika persetujuan dari bawahan adalah
krusial untuk implementasi efektif, dan mereka memegang opini konflik di luar
makna pencapaian beberapa sasaran, eliminasi gaya autocratic.
g. Fairness Rule: Jika kualitas keputusan tidak penting,
namun pencapaiannya penting, maka gunakan gaya yang paling partisipatif.
h. Acceptance Priority Rule: Jika persetujuan adalah kritikan
dan belum tentu mempunyai hasil dari keputusan autocratic dan jika bawahan
tidak termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi, gunakan gaya yang paling
partisipatif.
Model ini membantu pemimpin dalam menentukan
gaya yang harus dipakai dalam berbagai situasi. Tidak ada satu gaya yang dapat
dipakai pada segala situasi. Fokus utama harus pada masalah yang akan dihadapi
dan situasi di mana masalah ini terjadi. Gaya kepemimpinan yang digunakan pada
satu situasi tidak boleh membatasi gaya yang dipakai dalam situasi lain.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
1) Beberapa proses sosial
mempengaruhi tingkat partisipasi bawahan dalam pemecahan masalah.
2) Spesifikasi kriteria untuk
menilai keefektifan keputusan yang termasuk dalam keefektifan keputusan
antara lain: kualitas keputusan, komitmen bawahan, dan pertimbangan waktu.
3) Kerangka untuk
menggambarkan perilaku atau gaya pemimpin yang spesifik.
4) Variabel diagnostik utama
yang menggambarkan aspek penting dari situasi kepemimpinan.
5. Teori kepemimpinan dari konsep Contingency
Theory of Leaderhip dari Fiedler
Para pemimpin mencoba melakukan
pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan situasi-situasi yg
spesifik. Karena situasi dapat sangat bervariasi sepanjang dimensi yang
berbeda, oleh karenanya hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak ada
satu gaya atau pendekatan kepemimpinan yang akan selalu terbaik.
Penerimaan kenyataan dasar ini melandasi teori tentang
efektifitas pemimpin yang dikembangkan oleh Fiedler, yang menerangkan
teorinya sebagai Contingency Approach.
Asumsi dasar adalah bahwa sangat sulit bagi
pemimpin untuk mengubah gaya kepemimpinan yang telah membuat ia berhasil,
penekanan pada efektifitas dari suatu kelimpok, efektivitas suatu organisasi
tegantung pada (is contingent upon), dua variable yang saling berinteraksi
yaitu: 1) system motivasi dari pemimpin, 2) tingkat atau keadaan yang
menyenangkan dari situasi.
Model kepemimpinan kontijensi Fiedler (1964,
1967) menjelaskan bagaimana situasi menengahi hubungan antara efektivitas
kepemimpinan dengan ukuran ciri yang disebut nilai LPC rekan kerja yang paling
tidak disukai (Yukl, 2005:251). Fiedler menemukan bahwa tugas pemimpin
berorientasi lebih efektif dalam situasi kontrol rendah dan moderat dan hubungan
manajer berorientasi lebih efektif dalam situasi kontrol moderat.
Fiedler memprediksi bahwa para pemimpin dengan Low
LPC yakni mereka yang mengutamakan orientasi pada tugas, akan lebih
efektif dibanding para pemimpin yang High LPC, yakni mereka yang mengutamakan
orientasi kepada orang/hubungan baik dengan orang apabila kontrol situasinya
sangat rendah ataupun sangat tinggi.
Sebaliknya para pemimpin dengan High LPC akan lebih
efektif dibanding pemimpin dengan Low LPC apabila kontrol situasinya
moderat.
Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut
sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi
pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara
atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the
favourableness of the situation) yang dihadapinya. Menurut Fiedler, ada tiga
faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini
selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah
hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas
(the task structure) dan kekuatan posisi (position power).
System kepemimpinan dibagi menjadi 3 dimensi:
1. Hubungan
pemimpin-pengikut
Pemimpin akan mempunyai lebih banyak kekuasaan dan pengaruh,
apabila ia dapat menjalin hubungan yang baik dengan anggota-anggotanya, artinya
kalau ia disenangi, dihormati dan dipercaya.
2. Struktur
tugas
Bahwa penugasan yang terstruktur baik, jelas, eksplisit,
terprogram, akan memungkinkan pemimpin lebih berpengaruh dari pada kalau
penugasaan itu kabur, tidak jelas dan tidak terstruktur.
3. Posisi
kekuasaan
Pemimpin akan mempunyai kekuasaan dan pengaruh lebih banyak
apabila posisinya atau kedudukannya memperkenankan ia memberi hukuman,
mengangkat dan memecat, dari pada kalau ia memiliki kedudukan seperti itu.
6. Teori kepemimpinan dari konsep path goal
theory
Path Goal theory (teori jalur tujuan) dari
kepemimpinan telah dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana perilaku seorang
pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahannya. Teori ini pertama kali
diungkapkan oleh Evans (1970) dan House (1971). House (1971) memformulasikan
teori ini dengan versi yang lebih teliti dengan menyertakan variabel
situasional. Teori tersebut semakin dimurnikan oleh beberapa penulis seperti
Evans (1974); House dan Dessler (1974); House dan Mitchell (1974); dan House
(1996).
Konsep Path Goal Theory of Leadership
Menurut model ini, pemimpin menjadi efektif
karena efek positif yang mereka berikan terhadap motivasi para pengikut,
kinerja dan kepuasan. Teori ini dianggap sebagai path-goal karena terfokus pada
bagaimana pemimpim mempengaruhi persepsi dari pengikutnya tentang tujuan
pekerjaan, tujuan pengembangan diri, dan jalur yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan (Ivancevich, dkk, 2007:205).
Dasar dari path goal adalah teori motivasi
ekspektansi. Teori awal dari path goal menyatakan bahwa pemimpin efektif adalah
pemimpin yang bagus dalam memberikan imbalan pada bawahan dan membuat imbalan
tersebut dalam satu kesatuan (contingent) dengan pencapaian bawahan terhadap
tujuan sepsifik.
Perkembangan awal teori path goal menyebutkan
empat gaya perilaku spesifik dari seorang pemimpin meliputi direktif, suportif,
partisipatif, dan berorientasi pencapaian dan tiga sikap bawahan meliputi
kepuasan kerja, penerimaan terhadap pimpinan, dan harapan mengenai hubungan
antara usaha, kinerja, imbalan.
Model kepemimpinan jalur tujuan (path goal)
menyatakan pentingnya pengaruh pemimpin terhadap persepsi bawahan mengenai
tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalur pencapaian tujuan. Dasar dari
model ini adalah teori motivasi eksperimental. Model kepemimpinan ini
dipopulerkan oleh Robert House yang berusaha memprediksi ke-efektifan kepemimpinan
dalam berbagai situasi
Menurut saya kesimpulan dari
materi yang telah dipaparkan diatas tersebut adalah
Kepemimpinan menurut para peneliti dan praktisi mendefinisikan kepemimpinan sesuai dengan perspektif‐ perspektif individual dan aspek dari fenomena yang paling menarik perhatian mereka. Teori kepemimpinan dari konsep modern choice approach participation yang memuat decicion tree for leadership dari vroom & yetten,Teori kepemimpinan dari konsep Contingency Theory of Leaderhip dari Fiedler dan Teori kepemimpinan dari konsep path goal theory dan semua teori tersebut saling berkaitan dan berhubungan satu sama lain.
Kepemimpinan menurut para peneliti dan praktisi mendefinisikan kepemimpinan sesuai dengan perspektif‐ perspektif individual dan aspek dari fenomena yang paling menarik perhatian mereka. Teori kepemimpinan dari konsep modern choice approach participation yang memuat decicion tree for leadership dari vroom & yetten,Teori kepemimpinan dari konsep Contingency Theory of Leaderhip dari Fiedler dan Teori kepemimpinan dari konsep path goal theory dan semua teori tersebut saling berkaitan dan berhubungan satu sama lain.
Ivancevich, dkk. 2007. Perilaku dan Manajemen
Organisasi. Jakarta : Erlangga.
Purwanto, D. 2006. Komunikasi Bisnis.
Jakarta: PENERBIT ERLANGGA
Kartini Kartono. 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan.
Jakarta : PT. Grafindo Persada
Djamaludin Ancok. Hubungan Kepemimpinan
Transformasional dan Transaksional dengan Motivasi Bawahan di Militer. Journal
of Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Volume 32. No. 2. Hal: 112-127.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar