PERSPEKTIF
INTEGRATIF
Konseling Eklektik & Integratif
A. Perspektif Historis Eklektisme (eclectism) adalah pandangan yang berusaha
menyelidiki berbagai sistem metode, teori, atau doktrin,yang dimaksudkan untuk
memahami dan bagaimana menerapkannya dalam situasi yang tepat. Eklektiksme
berusaha untuk mempelajari teori-teori yang ada dan menerapkannya dalam situasi
yang dipandang tepat. Pendekatan konseling eklektik berarti konseling yang di
dasarkan pada berbagai konsep dan tidak berorientasi pada satu teori secara
eksklusif. Eklektisme berpandangan bahwa sebuah teori memiliki keterbatasan
konsep,prosedur, teknik. Karena itu eklektisme “dengan sengaja” mempelajari
berbagai teori dan menerapkan sesuai keadaan rill klien. Konseling eklektik
dapat pula disebut dengan pendekatan konseling integratif.
Bentuk-bentuk psikoterapi integratif
sangat bervariasi tergantung pada versi yang sedang dipertimbangkan, namun
semua berbagi satu tujuan dan maksud bersama. Psikoterapi integratif adalah
hasil dari perpaduan dari konsep teoritis dan teknik klinis dari dua atau lebih
sekolah psikoterapi tradisional (seperti terapi psikoanalisis dan behavior)
menjadi satu pendekatan terapi. Diharapkan bahwa terapi sintesis ini akan lebih
kuat dan berlaku untuk populasi dan masalah klinis yang lebih luas daripada
psikoterapi model individual yang membentuk dasar dari model integrasi.
Sejarah awal upaya integrasi disusun
oleh Marvin Goldfried dan Cory Newman pada tahun 1992, dan oleh Jerold Gold
pada
tahun 1993, diidentifikasi terpencar tapi memiliki kontribusi yang penting
sejak 1933, ketika Thomas French berpendapat bahwa konsep dari pembelajaran
Pavlov harus diintegrasikan dengan psikoanalisis. Pada tahun 1944, Robert Sears
menawarkan sebuah perpaduan dari teori belajar dan psikoanalisis seperti yang
dilakukan John Dollard dan Neal Miller pada tahun 1950 yang diterjemahkan dari
konsep dan metode psikoanalisis ke dalam bahasa dan kerangka prinsip-prinsip
pembelajaran laboratorium.

Dalam pendekatan eklektik konselor
menjalankan konseling secara sesuai dengan situasi kliennya. Mereka tidak
bekerja secara serampangan, emosional, popularitas,interes khusus,ideologi atau
atas kemauan dirinya sendiri. Lebih dari itu pendekatan eklektik itu sendiri
secara konstan berkembang dan berubah sesuai dengan ide, konsep dan teknik serta
hasil-hasil riset mutakir. Eklektik mempunyai sejumlah Asumsi Dasar berkaitan
dengan proses konseling. Asumsi dasar itu adalah:
1.
Tidak ada sebuah teori yang dapat
menjelaskan seluruh situasi klien.
2.
Pertimbangan profesional/pribadi
konselor adalah faktor penting akan keberhasilan konseling pada berbagai tahap
konseling.
Menurut Gilland dkk (1984) asumsi
yang telah disebutkan ditunjang oleh kenyataan berikut :
1.
Tidak ada dua klien/ situasi klien
yang sama
2.
Klien adalah pihak yang paling tau
problemnya
3.
Kepuasaan klien lebih di utamakan
diatas pemenuhan kebutuhan konselor
4.
Konselor menggunakan keseluruhan
sumber professional dan personal yang tersedia dalam situasi pemberian bantuan
(konseling)
5.
Konselor dan proses konseling dapat
salah dan dapat tidak mampu untuk melihat secara jelas atau cepat berhasil
dalam setiap konseling atau situasi klien
6.
Secara umum,efektivitas konseling
adalah proses yang dikerjakan “dengan” klien bukan “kepada” atau “untuk” klien.
7.
Kepuasan klien lebih diutamakan
diatas pemenuhan kebutuhan konselor.
8.
Banyak perbedaan pendekatan yang
strategis berguna bagi konseptualisasi dan pemecahan setiap masalah. Mungkin
ini bukan pendekatan atau strategi terbaik.
9.
Banyak masalah yang kelihatan sebuah
dilema yang tidak dapat dipecahkan dan selalu ada bebagai alternatifnyaØ
Unsur-unsur
terapi
Tujuan terapi
–
Membantu klien mengembangkan integritasnya pada level tertinggi,
yang ditandai oleh adanya
aktualisasi diri dan integritas yang memuaskan.
– Menyadari
klien sepenuhnya mengenai situasi masalahnya.
–
Mengajarkan klien secara sadar dan intensif memiliki latihan
pengendalian di
atas masalah tingkah laku.
Peran terapis
Peran terapis sangat ditentukan oleh
pendekatan yang digunakan dalam proses terapi. Beberapa ahli memberi penekanan
bahwa terapis perlu memberi perhatian kepada klien agar dapat menciptakan iklim
yang kondusif bagi perubahan yang diinginkan klien. Pada dasarnya seluruh
pendekatan berkeinginan membantu terapis mengubah diri klien.
Teknik-teknik
terapi
Goldfried dan Norcross berpendapat
bahwa dalam perspektif integratif terdapat tiga teknik terapi, yaitu:
– Eklektikisme
(electicsm)
Merupakan pandangan yang berusaha
menyelidiki berbagai sistem metode, teori, atau doktrin, yang dimaksudkan untuk
memahami dan bagaimana menerapkannya dalam situasi yang tepat. Pendekatan ini
berusaha untuk mempelajari teori-teori yang ada dan menerapkannya dalam situasi
yang dipandang tepat. Teknik ini dapat pula disebut dengan pendekatan konseling
integratif.
– Integrasi
teoritis (theoretical integration)
Melibatkan formulasi pendekatan
psikoterapi yang memberikan model yang berbeda-beda dan memberikan dasar yang
konsisten dalam pekerjaan klinis seseorang. Misal, klinisi secara konsisten
dapat memilih dua dasar teoritis, seperti sistem keluarga dan perilaku kognitif
yang kemudian dari kedua dasar teoritis tersebut klinisi mengembangkan model
intervensi. Dengan cara tertentu, klinisi mengembangkan modelnya sendiri
berdasarkan sintesis konseptual yang memberikan kontribusi terhadap model yang
telah dikembangkan sebelumnya. Pada permasalahan independen yang ada saat ini,
terapis dengan konsisten dapat mencari cara ketika sistem keluarga dan kognisi
yang maladaptif memberikan kontribusi terhadap stres pada klien. Intervensi
yang dilakukan berdasarkan pada pendekatan yang membawa kedua model secara
bersamaan.
– Faktor
umum (common factor approach)
Pada integrasi, klinisi
mengembangkan strategi dengan mempelajari kesamaan inti unsur dari berbagai
macam terapi dan memilih komponen yang selama beberapa waktu memperlihatkan
sebagai kontributor yang sangat efektif dalam memberikan hasil yang positif
dari psikoterapi. Wampold (dalam Halgin & Whitbourne, 2010) menyimpulkan
bahwa faktor umum jika dibandingkan dengan teknik yang spesifik merupakan
faktor yang dapat membuat psikoterapi bekerja.
Beberapa klinisi mengombinasikan
elemen dari tiga pendekatan integral yang menghasilkan dengan apa yang disebut
sebagai mixed model of integration.
Teknik
Dari Struktural Terapi Keluarga
- Pemetaan keluarga
Sedangkan Bowen menggunakan genogram
menunjukkan pola antargenerasi yang berkaitan, Minuchin menggunakan diagram
untuk menggambarkan saat ini yang berhubungan keluarga.
- Menampung dan bergabung
Untuk membawa perubahan dalam
keluarga, Minuchin (1974) percaya bahwa penting untuk bergabung dalam sistem
keluarga dan mengakomodasi jalan berinteraksi. Dengan menggunakan jenis yang
sama dari bahasa dan bercerita lucu yang relevan dengan keluarga, ia berusaha
untuk menyesuaikan diri.
- Pemberlakuan
Dengan menginstruksikan keluarga
untuk bertindak keluar konflik, terapis dapat bekerja dengan masalah seperti
yang muncul di masa sekarang bukan seperti yang dilaporkan. Hal ini
memungkinkan terapis untuk memahami koalisi keluarga dan aliansi dan kemudian
membuat saran untuk mengubah sistem keluarga.
- Intensitas
Bagaimana saran atau pesan yang
diberikan sangat penting. Dengan mengulangi pesan, mengubah panjangnya waktu
dalam berinteraksi, atau cara lain, perubahan dapat difasilitasi (Minuchin
& Fishman, 1981).
- Mengubah batas
Sebagai terapis penting mengamati
cara berinteraksi dalam keluarga, terapis menggunakan pembuatan batas yang
perlu diperhatikan batas-batas dalam keluarga. Untuk mengubah batas, terapis
dapat mengatur ulang tempat duduk anggota keluarga dan mengubah jarak antara
anggota keluarga tersebut. Keluarga tersebut mungkin ingin keseimbangan
struktur sehingga ada perubahan dalam subsistem.
- Reframing
Ada beberapa cara untuk melihat
suatu peristiwa atau situasi atau membingkai ulang itu. Terapis mungkin ingin
memberikan penjelasan yang berbeda sehingga perubahan yang konstruktif dapat
terjadi dalam situasi keluarga.
Daftar
Pustaka
Habib., dan Hidayati. (2012). Intervensi Psikologis pada Pendidikan Anak dengan Keterlambatan Bicara. Jurnal Madrasah 5, 1, 86-91.
Habib., dan Hidayati. (2012). Intervensi Psikologis pada Pendidikan Anak dengan Keterlambatan Bicara. Jurnal Madrasah 5, 1, 86-91.
Halgin, Richard P., and Susan Krauss
Whitbourne. 2010. Psikologi Abnormal Edisi 6 Buku 1. Jakarta
: Salemba Humanika.
Ph.D.
Piercy, P. Fred, Ph. D. Sprenkle, H. Douglas dan Associates. 1986. Family Therapy Sourcebook. New York : The Guilford Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar