MOTIVASI
A. Pengertian Motivasi
Manajemen
sumber daya manusia pada dasarnya berisikan langkah-langkah perencanaan,
penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya
manusia (SDM) untuk mencapai tujuan tertentu, baik tujuan individual
maupun tujuan organisasi.
Keberhasilan
pengolahan organisasi atau prusahaan bisnis sanggat ditentukan oleh aktivitas
kegiatan pendayagunaan sumber daya manusia, dalam hal ini seorang manajer harus
memiliki teknik-teknik untuk dapat memelihara prestasi dan kepuasan kerja,
antar lain dengan memberikan motivasi kepada bawahan agar dapat melaksanakan tugas
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Motivasi
adalah: Keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya
melakukan tindakan (GR. Terry, yang dikutip oleh Malayu S.P Hasibuan (2005 :
145). Motivasi : pekerjaan yang dilakukan oleh manajer dalam memberikan
inspirasi, semangat, dan dorongan pada orang lain, dalam hal ini karyawannya
untuk mengambil tindakan-tindakan tertentu ( Liang Gie, yang dikutip oleh
Sadali Samsudin ( 2006 :281 ). Motivasi: keseluruhan proses pemberian motivasi bekerja
kepada bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi
tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis (Siagian, yang
dikutip oleh Sedarmayanti ( 2001 : 66 ). Motivasi meliputi perasaan
unik, pikiran dan pengalaman masa lalu yang merupakan bagian dari hubungan
internal dan eksternal perusahaan sedemikian pentingnya motivasi, banyak ahli
filsafat, sosiolog, psikolog maupun ahli manajemen melakukan penelitian.
Berikut
adalah definisi-definisi mengenai motivasi yang dikutip dari beberapa ahli :
Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau
menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber
daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana
caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara
produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.
Berikut ini adalah pengertian-pengertian motivasi kerja menurut para ahli,
diantaranya yaitu:
Motivasi
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (2008:930) adalah : “
Dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan
suatu tindakan dengan tujuan tertentu, atau usaha–usaha yang dapat menyebabkan
seseorang atau sekelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena
ingin mencapai tujuan yang dikehendaki.” Motivasi kerja menurut Stephen P.
Robbin (2006:214) bahwa : Motivasi merupakan proses yang berperan pada
intensitas, arah, dan lamanya berlangsung upaya individu ke arah pencapaian tujuan.
Motivasi kerja menurut Malayu S.P. Hasibuan (2005:141) bahwa : Motivasi kerja
adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia,
supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil kerja yang optimal.
Motivasi kerja menurut Kusnadi (2002:330) adalah upaya-upaya yang
memunculkan semangat dari dalam orang itu sendiri melalui fasilitas penyediaan
kepuasan.
Dari
pengertian di atas bahwa motivasi kerja merupakan suatu keahlian dalam
mengarahkan atau mengendalikan dan menggerakan seseorang untuk melakukan
tindakan akan perilaku yang diinginkan berdasarkan sasaran-sasaran yang sudah
ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu.
B. Teori
Drive-Reinforcement dan implikasi praktisnya
Teori
ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan pemberian
konpensasi. Misalnya promosi seorang karyawan itu tergantung dari prestasi yang
selalu dapat dipertahankan. Sifat ketergantungan tersebut bertautan dengan
hubungan antara perilaku dan kejadian yang mengikuti perilaku tersebut. Teori
pengukuhan ini terdiri dari dua jenis, yaitu :
1.
Pengukuhan Positif (Positive Reinforcement),
yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi
jika
pengukuh positif diterapkan secara bersyarat.
2.
Pengukuhan Negatif (Negative Reinforcement),
yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi
jika
pengukuhan negatif dihilangkan secara bersyarat.
Jadi
prinsip pengukuhan selalu berhubungan dengan bertambahnya frekuensi dan
tanggapan, apabila diikuti oleh stimulus yang bersyarat. Demikian juga prinsip
hukuman (Punishment) selalu berhubungan dengan berkurangnya frekuensi
tanggapan, apabila tanggapan (response) itu diikuti oleh rangsangan yang
bersyarat. Contoh : pengukuhan yang relatif malar adalah mendapatkan pujian
setelah seseorang memproduksi tiap-tiap unit atau setiap hari disambut dengan
hangat oleh manajer.
Teori
”drive” bisa diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang motivasi, perilaku
didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri
seseorang atau binatang. Contohnya., Freud ( 1940-1949 ) berdasarkan ide-idenya
tentang kepribadian pada bawaan, dalam kelahiran, dorongan seksual dan agresif,
atau drive (teorinya akan diterangkan secara lebih detail dalam bab
kepribadian). Secara umum , teori-teori drive mengatakan hal-hal berikut :
ketika suatu keadaan dorongan internal muncul, individu di dorong untuk
mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi
intensitas keadaan yang mendorong. Pada manusia dapat mencapai tujuan yang
memadai yang mengurangi keadaan dorongan apabila dapat menyenangkan dan
memuaskan. Jadi motivasi dapat dikatakan terdiri dari:
·
Suatu keadaan yang mendorong
·
Perilaku yang mengarah ke tujuan
yang diilhami oleh keadaan terdorong
·
Pencapaian tujuan yang memadai
·
Pengurangan
dan kepusaan subjektif dan kelegaan ke tingkat tujuan yang tercapai
Setelah
keadaan itu, keadaan terdorong akan muncul lagi untuk mendorong perilaku ke
arah tujuan yang sesuai. Pengulangan kejadian yang baru saja diuraikan
seringkali disebut lingkaran korelasi.
Teori-teori
Drive berbeda dalam sumber dari keadaan terdorong yang memaksa manusia atau
binatang bertindak. Be berapa teori, termasuk teori Freud, dipahami oleh
keadaan terdorong sejak belum lahir, atau instingtif. Tentang perilaku
binatang, khususnya ahli ethologi telah mengusulkan suatu penjelasan suatu
mekanisme dorongan sejak kelahiran (tinbergen, lorenz, dan leyhausen dalam
morgan, dkk. 1986). Teori-teori drive yang lain telah mengembangkan peran
belajar dalamkeaslian keadaan terdorong. Contohnya, dorongan yang di pelajari
(learned drives), seperti mereka sebut, keaslian dalam latihan seseorang atau
binatang atau pengalaman masa lalu dan yang berbeda dari satu individu ke
individu yang lain. Karena penggunaan minuman keras sebelumnya, ketagihan
heroin, contohnya mengembangkan suatu dorongan untuk mendapatkan hal tersebut,
dan karena itu mendorong ke arah itu. Dan dalam realisasi motif sosial, orang
telah belajar dorongan untuk kekuasaan, agresi atau prestasi. Keadaan terdorong
yang dipelajari menjadi ciri abadi dari orag tertentu dan mendorong orang itu
ke arah tujuan yang memadai, orang lain mungkin belajar motif sosial yang lain
dan didorong ke arah tujuan yang berbeda.
Biasanya
di terapkan dalam kehidupan sehari-hari, misalkan seorang kuli panggul di pasar
tradisional, jika ia dapat mengangkut/mengirim 5 ton buah pada tiap 5 karung
maka akan diberikan 2 kg buah segar oleh pemilik toko buah tersebut,
Drive-Reinforcement
nya berbentuk reward berupa materi yang diberikan pemilik toko kepada
pekerjanya (kuli panggul).
C. Teori Harapan dan
implikasi praktisnya
Teori
pengharapan berargumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak
dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan
bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu , dan pada daya
tarik dari keluaran tersebut bagi individu tersebut.
Dalam
istilah yang lebih praktis, teori pengharapan, mengatakan seseorang karyawan
dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia menyakini upaya
akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik (Victor Vroom dalam Robbin
2003:229) Karena ego manusia yang selalu menginginkan hasil yang baik baik
saja, daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang terkandung dari
harapan yang akan diperolehnya pada masa depan (Hasibuan 2001:165). Apabila
harapan dapat menjadi kenyataan, karyawan akan cenderung meningkatkan gairah
kerjanya. Sebaliknya jika harapan tidak tercapai, karyawan akan menjdadi malas.
Teori
ini dikemukakan oleh Victor Vroom yang mendasarkan teorinya pada tiga konsep
penting, yaitu:
1. harapan
(expentancy)
2. nilai
(Valence)
3. pertautan
(Inatrumentality)
·
Harapan (expentancy) adalah suatu kesempatan
yang diberikan terjadi karena prilaku .Harapan merupakan propabilitas yang
memiliki nilai berkisar nol yang berati tidak ada kemungkinan hingga satu yang
berarti kepastian
·
Nilai (Valence) adalah akibat dari prilaku
tertentu mempunyai nilai atau martabat tertentu (daya atau nilai motivasi) bagi
setiap individu tertentu
·
Pertautan (Inatrumentality) adalah persepsi
dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengn hasil tingkat
ke dua.Vroom mengemukakan bahwa pertautan dapat mempunyai nilai yang berkisar
antara –1 yang menunjukan persepsi bahwa tercapinya tingkat ke dua adalah pasti
tanpa hasis tingkat pertama dan tidak mungkin timbul dengan tercapainya hasil
tingkat pertama dan positip satu +1 yang menunjukan bahwa hasil tingkat pertama
perlu dan sudah cukup untuk menimbulkan hasil tingkat ke dua.
Teori
ini termasuk kedalam Teori – Teori Kesadaran. Teori ini menunjukkan pendekatan
kognitif terhadap motivasi kerja, yang menekankan kepada kemampuan individu
dalam pemrosesan informasi. Kekuatan motivasi yang mendasarinya bukanlah sebuah
kebutuhan. Pekerja diasumsikan melakukan penilaian rasional terhadap situasi
kerjanya dengan mengumpulkan informasi untuk diolah, kemudian membuat
keputusanyang optimal. Kebutuhan hanya digunakan untuk membantu dalam memahami
bagaimana pekerja membuat pilihan berdasarkan pada keyakinan persepsi dan nilai
– nilai mereka.. Salah satu teori harapan yang terkait dengan kerja dikemukakan
oleh George Poulus, Mathoney dan Jones (1957) yang mengacu pada Path-Goal
Theory. Mereka mengemukakan bahwa para pekerja akan cenderung menjadi produktif
apabila mereka memandang produktivitas yang tinggi itu sebagai satu cara atau
lebih pada tujuan pribadi.
Sebaliknya,
kinerja yang rendah hanyalah satu jalan menuju tujuan pribadi. Misalnya
produktivitas yang tinggi akan lebihcepat atau mudah untuk terpenuhinya tujuan
pribadi daripada pekerja yang hasilnya terbatas atau lebih rendah. Dengan
menggunakan pendekatan”jalan ke arah tujuan (path-goal)” ini, Vroom (1976)
menyarankan suatu teori motivasi kerjayang dikenal dengan singkatan VIE –
Valensi/kemampuan (valence), sarana (Instrumentality), dan harapan
(Expectancy). Pada kesempatan ini yang dibahas yaitu mengenai Teori Harapan
(Expectancy Theory). Nadler & Lawler menyatakan bahwa terlepas dari teori
VIE sebagaimana yang diutarakan para ahli lainnya, namun ternyata teori VIE
menerima terlalu banyak dukungan empiis karena nilainya yang positif bagi
organisasi. Secar khusus, teori ini memberikan beberapa implikasi yang jelas
dan positif bagi manajer, dimana manajer hendaknya memperhatikan petunjuk
sebagai berikut:
Menentukan
mana penghargaan yang lebih penting para pegawai. Misalnya, kebanyakan manajer
seringkali memandang bahwa pemberian gaji dan tunjangan yang tinggi sangat
diinginkan pegawai, namun setelah dilakukan pnlitian dia terkejut karena
hasilnya justru menunjukkan bahwa hal tersebut tidak terbukti. Demikian perlu dicatat
bahwa keinginan para pegawai berbeda – beda,dan oleh karena itu mereka tidak
memberikan respon dengan cara yang sama terhadap sistem insentif perusahaan.
Mendefinisikan kinerja yang baik dengan menetapkan secara benar standar
kuantitas dan kualitas kerja yang terukur. Memastikan bahwa tujuan kinerja
bersifat realistik, apabila pegawai tidak mencapai tujuan kinerja yang
diharapkan, maka motivasi untuk bekerja pun menjadi rendah. Pegawai harus
merasakan bahwa penghargaan yang diterima terasa adil. Tetapi sistem motivasi
yang berdasarkan pada equity (keadilan) jangan dikacaukan dengan sistem yang
berdasarkan equality (kesamaan), dimana seluruh pegawai diberikan dengan
penghargaan yang sama dengan mengabaikan kualitas kerja dan hasil kerja masing
– masing individu. Mengingat ada beberapa organisasi yang memiliki aturan kerja
yang kaku dan sistem penghargaan yang mendorong para pekerja untuk mencapai
hasil yang setinggi – tingginya, maka para manajer hendaknya merancang sistem
penghargaan yang lebih fleksibel dan equitable. Contoh Kasus PHK:
Dari
sudut pandang Expectancy Theory, para pekerja tidak termotivasi untuk bekerja
keras karena tidak adanya hubungan antara prestasi kerja dengan penghasilan.
Persepsi mereka adalah bahwa kerja keras tidak akan memberikan mereka
penghasilan yang diharapkan. Malahan, dengan adanya PHK, mereka memiliki
persepsi bahwa walaupun telah bekerja keras, kadang-kadang mereka malah
mendatangkan hasil yang tidak diinginkan, misalnya PHK. Konsisten dengan teori
ini, para pekerja pun menunjukkan motivasi yang rendah dalam melakukan
pekerjannya.
Rekomendasi: Kaitkan
penghasilan dengan prestasi. Sesuai dengan Expectancy Theory (Vroom,
dalam Donovan, 2001), tiga hal akan direkomendasikan untuk perusahaan dalam
Contoh Kasus:
·
Tingkatkan Expectancy: Para pekerja perlu merasa
bahwa mereka mampu mencapai prestasi yang tinggi. Jika perlu, perusahaan perlu
memberikan pelatihan untuk memastikan bahwa para karyawan memang memiliki
keahlian yang dituntut oleh masing-masing pekerjaannya.
·
Tingkatkan Instrumentality: Ciptakan reward
system yang terkait dengan prestasi. Misalnya, selain gaji pokok, tim yang
berhasil mencapai targetnya secara konsisten akan mendapatkan bonus. Dengan
cara ini, para karyawan mengetahui bahwa prestasi yang lebih baik memang benar
akan mendatangkan penghasilan yang lebih baik pula.
·
Tingkatkan Valence: Karena masing-masing
individu memiliki penilaian yang berbeda, sangatlah sulit bagi perusahaan untuk
merancang reward system yang memiliki nilai tinggi bagi setiap individu
karyawan. Salah satu cara mengatasi hal ini adalah dengan memberikan poin bonus
yang bisa ditukarkan dengan berbagai jenis hal sesuai kebutuhan individu,
misalnya poin bonus bisa ditukarkan dengan hari cuti, uang, kupon makan, dsb.
Konsekuensi dari program ini adalah perusahaan harus menerapkan sistem
pencatatan yang rapi untuk memastikan bahwa masing-masing karyawan mendapatkan
poin bonus secara adil.
D. Teori tujuan dan
implikasi praktisnya
Locke menguslkan model
kognitif yang dinamakan teori tujuan, yang mencoba menjelaskan hubungan
hubungan antara niat/intentions dengan perilaku.Aturan dasarnya ialah penetapan
dari tujuan-tujuan secara sadar. Hasil penelitian Edwin Locke dan rekan-rekan
(1968), menunjukkan efek positif dari teori tujuan pada prilaku kerja.
Penetapan tujuan memiliki
empat macam mekanisme:
a. Tujuan adalah yang
mengarahkan perhatian
b. Tujuan adalah yang
mengatur upaya
c. Tujuan adalah
meningkatkan persistensi
d. Tujuan adalah menunjang
strategi untuk dan rencana kegiatan
E. Teori Hirarki
Kebutuhan Maslow
Maslow
(1970) telah menyusun kebutuhan-kebutuhan manusia dalam lima tingkat yang akan
dicapai sebagai berikut:
a. Kebutuhan
Fisiologi
Merupakan
kebutuhan tingkat pertama yang paling rendah dan harus dipenuhi dan dipuaskan
sebelum mencapai kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi.Kebutuhan ini terdiri
dari makan,minum,pernapasan dan lain-lain yang bersifat biologis.
b. Kebutuhan
Keamanan
Yang
termasuk kebutuhan keamannan adalah kestabilan, ketergantungan, perlindungan,
bebas dari rasa takut dan ancaman.
c. Kebutuhan
Sosial
Yaitu
kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, pada saat ini individu akan
sangat merasa kesepian dan terisolasi dari pergaulan.
d. Kebutuhan
Harga Diri
Kebutuhan
harga diri dapat dibagi menjadi dua katagori.Pertama adalah kebutuhan terhadap
kekuasaan, berpretasi, pemenuhan diri, kekuatan, dan kemampuan untuk memberi
keyakinan serta kebebasan. Kedua adalah kebutuhan akan nama
baik, ststus, keberhasilan, pengakuan, perhatian, penghargaan.
e. Kebutuhan
Aktualisasi Diri
Masing-masing
orang ingin mewujudkan diri sebagai seorang yang mempunyai kemampuan yang
unik.Kebutuhan ini hanya ada setelah empat kebutuhan sebelumnya dicapai secara
memuaskan.Pada dasarnya bertujuan untuk membuat seluruh potensi yang ada dalam
diri seseorang sebagai suatu wujud nyata yaitu dalam bentuk usaha aktualisasi
diri.
Daftar
pustaka
Sunyoto Munandar,
Ashar.(2001).Psikologi Industri dan Organisasi.Jakarta: Universitas Indonesia.
Sihotang. A. Drs. M.B.A.
(2006).Menejemen Sumber Daya Manusia .Jakarta : PT Pradnya Paramita.
P.Siagian, Sondang, Prof.
Dr. MPA.(1988). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta : Rineka Citra.
http://wangmuba.com/2009/02/18/teori-teori-motivasi/
http://wangmuba.com/2009/02/18/teori-harapan-expectancy/
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/motivasi-teori-proses-dan-penerapan