Sabtu, 14 Mei 2016

PSIKOTERAPI


 
v  Terapi Humanistik-Eksistensial
 
 
Terapi eksistensial humanistik merupakan terapi yang dilakukan dengan pendekatan berdasarkan pada pemahaman filosofis tentang menjadi manusia yang utuh, apa makna menjadi manusia, dan apa makna keberadaannya. Terapi ini berakar pada filsafat eksistensial. Oleh karena itu terapi ini berawal dan berkembang dari filsuf-filsuf eksistensial, seperti Friedrich Nietzsche dan Søren Kierkegaard. Namun Martin Heidegger lah yang merupakan tokoh pendiri eksistensialisme yang berpengaruh besar pada konseling dan psikoterapi eksistensial. Meskipun ia tidak terlibat langsung dalam psikoterapi, filsafat eksistensinya diangkat dan dijadikan acuan oleh psikiatris dari Swiss, yaitu Ludwig Binswanger (1881) dan Medard Boss (1903) yang mereka gunakan dalam memahami kesulitan klien.
Dalam perkembangannya terapi ini dipelopori oleh banyak tokoh berpaham eksistensial seperti Victor Frankl, Rollo May, Irvin Yalom, James Bugental. Eksistensialisme bersama-sama dengan psikologi humanistik, muncul untuk merespon dehumanisasi yang timbul sebagai efek samping dari perkembangan industri dan urbanisasi masyarakat. Pada waktu itu banyak orang yang membutuhkan kekuatan untuk mengembalikan sense of humanness disamping untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan kebermaknaan hidup.
Menurut Kartini Kartono dalam kamus psikologinya mengatakan bahwa terapi eksistensial humanistic adalah salah satu psikoterapi yang menekannkan pengalaman subyektif individual kemauan bebas, serta kemampuan yang ada untuk menentukan satu arah baru dalam hidup. Sedangkan menurut W.S Winkel, terapi eksistensial humanistik adalah konseling yang menekankan implikasi-implikasi dan falsafah hidup dalam menghayati makna kehidupan manusia dibumi. Terapi ini berfokus pada situasi kehidupan manusia dialam semesta, yang mencakup tanggung jawab pribadi, kecemasan sebagai unsur dasar dalam kehidupan batin. Terapi ini memberikan kajian psikologis untuk mengungkap eksistensi manusia pada taraf empiris, terutama berpusat pada diri, holistik, terobsesi pada aktualisasi diri, serta mengajarkan optimisme mengenai kekuatan manusia untuk mengubah diri mereka sendiri.
 
1.       Konsep Terapi Humanistik-Eksistensial
Psikologi eksistensial humanistic berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih – alih suatu sistem teknik – teknik  yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Pendekatan terapi eksistensial bukan suatu pendekatan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi–terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep–konsep dan asumsi–asumsi tentang manusia.
Menurut Gerald Corey, (1988:54-55) ada beberapa konsep utama dari pendekatan eksistensial yaitu :
A.      Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesanggupan untuk memilih alternative – alternatif yakni memutuskan secara bebas di dalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia.
B.       Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab dapat menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan eksistensial juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati. Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi – potensinya.
C.       Penciptaan Makna.
Manusia itu unik, dalam artian bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna dapat menimbulkan kondisi-kondisi keterasingan dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi – potensi manusiawinya sampai taraf tertentu.
 
 
Konsep dasar menurut Akhmad Sudrajat adalah :
A.        Manusia sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan sendiri apa yang ia kerjakan dan yang tidak dia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia inginkan. Setiap orang bertanggung jawab atas segala tindakannya.
B.        Manusia tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh karena itu manusia mesti berani menghancurkan pola-pola lama dan mandiri menuju aktualisasi diri
C.        Setiap orang memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif. Kreatifitas merupakan fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada seluruh bentukself expression.
Menurut Akhmad Sudrajat individu yang salah suai tidak dapat mengembangkan potensinya. Dengan perkataan lain, pengalamannya tertekan.
 
2.       Tujuan Terapi Humanistik-Eksistensial
Menurut Gerald Corey, (1988:56) ada beberapa tujuan terapeutik yaitu :
A.      Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi – potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Keotentikan sebagai “urusan utama psikoterapi” dan “nilai eksistensial pokok”. Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan otentik :
1)   Menyadari sepenuhnya keadaan sekarang,
2)   Memilih bagaimana hidup pada saat sekarang, dan
3)   Memikul tanggung jawab untuk memilih.
B.       Meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
C.       Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekadar korban kekuatan – kekuatan deterministic di luar dirinya.
Tujuan Konseling menurut Akhmad Sudrajat yaitu :
A.      Mengoptimalkan kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima keadaannya menurut apa adanya. Saya adalah saya.
B.       Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta pandangan-pandangan individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai dengan dirinya agar individu dapat mengembangkan diri dan meningkatkan self actualization seoptimal mungkin.
C.       Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh individu dalam proses aktualisasi dirinya.
D.      Membantu individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat dijangkau menurut kondisi dirinya.
 
   3.    Peran Terapis Humanistik-Eksistensial
A.      Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
B.       Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadian.
C.       Menyadari peran dan tanggung jawab terapis.
D.      Mengakui sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
E.       Berorientasi pada pertumbuhan.
F.        Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
G.      Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
H.      Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
I.         Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
J.         Bekerja kearah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
 
4.       Teknik Terapi Humanistik-Eksistensial
Teknik yang digunakan mengikuti alih–alih mendahului pemahaman. Karena menekankan pada pengalaman klien sekarang, para terapis eksistensial menunjukkan keleluasaan dalam menggunakan metode–metode, dan prosedur yang digunakan oleh mereka bisa bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang lainnya, tetapi juga dari satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama Meskipun terapi eksistensial bukan merupakan metode tunggal, di kalangan terapis eksistensial dan humanistik ada kesepakatan menyangkut tugas–tugas dan tanggung jawab terapis.
Psikoterapi difokuskan pada pendekatan terhadap hubungan manusia alih–alih sistem teknik. Para ahli psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal – hal berikut (Gerald Corey.1988:58) :
A.      Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi.
B.       Menyadari peran dari tanggung jawab terapis.
C.       Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik.
D.      Berorientasi pada pertumbuhan.
E.       Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
F.        Mengakui bahwa putusan – putusan dan pilihan – pilihan akhir terletak di tangan klien.
G.      Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
H.      Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
Bekerja ke arah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
Menurut Akhmad Sudrajat teknik yang dianggap tepat untuk diterapkan dalam pendekatan ini yaitu teknik client centered counseling, sebagaimana dikembangkan oleh Carl R. Rogers. meliputi:
(1) acceptance (penerimaan);
(2) respect (rasa hormat);
(3) understanding (pemahaman);
(4) reassurance (menentramkan hati);
(5) encouragementlimited questioning (pertanyaan terbatas; dan
(6) reflection (memantulkan pernyataan dan perasaan);
(7) (memberi dorongan).
Melalui penggunaan teknik-teknik tersebut diharapkan konseli dapat (1) memahami dan menerima diri dan lingkungannya dengan baik; (2) mengambil keputusan yang tepat; (3) mengarahkan diri; (4) mewujudkan dirinya.
 
 
v  Terapi Psikoanalisa
 
 
Terapi Psikoanalisa merupakan terapi yang menggunakan pendekatan yang begitu aktif, dengan teknik yang digunakannya dengan cara membuka kenangan masa kanak-kanak yang telah mengalami resepsi. Prosedur sugestif ini memberikan hasil yang dibutuhkan yaitu pegakuan akan hal-hal yang telah terjadi pada masa kanak-kanak.
 
        1.    Konsep Terapi Psikoanalisa
Freud membagi 4 konsep psikoanalisa, yaitu:
A.       Alam tidak sadar dan alam sadar.
1)   Alam tidak sadar.
Alam tidak sadar menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting yang tak kita sadari tetapi ternyata mendorongpernyataan, perasaan, dan tindakan kita.
2)   Alam sadar.
Alam sadar memuat semua elemen yang tak disadari, tetapi biasmuncul dalam kesadaran dengan cepat atau agak sukar.
B.       Wilayah pikiran.
1)   Id (pleasure principle).
Id adalah wilayah yang primitif, kacau balau, dan tak terjangkauoleh alam sadar. Id tak sudi diubah, amoral, tidak logis, tak biasdiatur, dan penuh energi yang dating dari dorongan-dorongan dasarserta dicurahkan semata-mata untuk memuaskan prinsipkesenangan.
2)   Ego (reality principle).
Ego merupakan satu-satunya wilayah pikiran yang memiliki kontakdengan realita. Ego dikendalikan oleh reality principle yang berusaha menggantikan prinsip kesenangan milik id.
3)   Superego (moralistic and idealistic principles).
Superego mewakili aspek-aspek moral dan ideal dari kepribadianserta dikendalikan oleh moralistic and idealistic principles yang berbeda dengan prinsip kesenangan dari id dan prinsip realistis dari ego.
C.       Kecemasan
Kecemasan merupakan situasi afektif yang dirasa tidak menyenangkan yang diikutioleh sensasi fisik yang memperingatkan seseorang akan bahaya yang mengancam. Terdapat 3 kecemasanyaitu, kecemasan neurosis, kecemasan moral, dankecemasan realistis.
 
 
 
        2.    Tujuan Terapi Psikoanalisa
A.       Membentuk kembali struktur karakter individu dengan cara membuatjalan keluar untuk kesadaran yang tak disadari didalam diri klien.
B.       Fokus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak.
 
        3.    Peran Terapis Psikoanalisa
A.       Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menanganikecemasan secara realistis.
B.       Membangun hubungan kerja dengan klien, dengan banyak mendengardan menafsirkan.
C.       Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakanklien.
D.       Mendengarkan kesenjangan-kesenjangan dan pertentangan-pertentangan pada cerita klien.
 
        4.    Teknik Terapi Psikoanalisa
A.       Asosiasi bebas.
Asosiasi bebas adalah teknik yang member kebebasan pada klienuntuk mengatakan apa saja perasaan, pemikiran, dan renungan yang ada dalam pikirannya tanpa ada yang disembunyikan.
B.       Analisis mimpi.
Freud menggunakan analisis mimpi untuk mengubah muatan manifestpada mimpi menjadi muatan laten yang lebih penting. Muatan laten terdiri dari motif yang disamarkan, tersembunyi dan bersifat simbolik karena terlalu menyakitkan dan mengancam seperti dorongan seksual dan agresif. Sementara itu, muatan manifes terdiri dari bentuk mimpi yang tampil dalam impian klien. Pada saat klien tidur, pertahanan egonya akan melemah sehingga perasaan yang ditekan akan muncul ke alam sadar. Analisis mimpi memungkinkan terapis untuk mengetahui masalah-masalah yang tidak terselesaikan oleh klien.
C.       Analisis resistensi.
Resistensi dipandang oleh Freud sebagai pertahanan klien terhadap kecemasan yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan dan perasaan yang direpresinya.Resistensi dapatmenghambat kemampuan klien untuk mengalami kehidupan yang lebihmemuaskan sehingga sebisa mungkin terapis harus dapat memberpemahaman pada klien agar membuka tabir resistensinya.
D.       Analisis transferensi.
Teknik ini akan mendorong klien menghidupkan kemabali masa lalunyasehingga member pemahaman pada klien mengenai pengaruhmasalalunya terhadap kehidupannya saat ini.
E.        Penafsiran.
Penafsiran merupakan prosedur dasar yang mencakup analisisterhadap asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi, dan analisistransferensi. Tujuan dari penafsiran ini adalah agar mendororng ego klien untuk megasimilasi hal-hal baru dan mempercepat proses penyingkapan hal-hal yang tidak disadari.
 
 
 
 
v  Person Centered Therapy

1. Konsep dasar pandangan Carl-Rogers tentang perilaku/kepribadian
Carl rogers adalah psikolog humanisitik yang berfokus pada hubungan terapeutik dan mengembangkan terapi metode baru yang berpusat pada klien. Rogers pertama kali menggunakan istilah klien bukan pasien. Rogers yakin bahwa setiap orang menjalani hidup didunia secara berbeda dan mengetahui pengalaman terbaiknya. Menurut Rogers klien benar-benar berupaya untuk sembuh dan dalam hubungan ahli terapi, klien yang suportif dan saling menghargai, klien dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Klien berada di posisi terbaik untuk mengtahui pengalamannya sendiri dan memahami pengalamannya tersebut dalam memperoleh harga diri dan aktualisasi dirinya.
Berbagai istilah dan konsep yang muncul dalam penyajian teori Rogers mengenai kepribadian dan perilaku yang sering memiliki arti yang unik dalam orientasi sebagai berikut :
a.Pengalaman, mengacu pada dunia pribadi individu.
b.Realitas, untuk tujan psikologis realitas pada dasarnya adalah dunia pribadi dari persepsi individu, meskipun untuk tujuan sosial realitas terdiri dari orang-orang yang memiliki persepsi tingkat tinggi kesamaan antara berbagai individu.
c.Organisme bereaksi sebagai terorganisis yang utuh, dalam psikoterapi klien sering menjadi lebih jelas tentang apa yang lebih penting bagi mereka. Sehingga perubahan perilaku diarahkan dalam tujuan untuk di klasifikasikan.
d.Organisme mengaktualisasi kecenderungan, diberi pilihan bebas dan tidak adanya kekuatan eksternal.
e.Frame Internal Referensi, cara dunia muncul dan sebuah makna yang melekat pada pengalaman dan melibatkan perasaan.
f.Konsep diri, menurut Gestalt kesadaran merupakan cairan dan proses perubahan.
g.Symbolization, proses dimana individu menjadi sadar.
h.Penyesuaian psikologis & ketidakmampuan menyesuaikan diri, hal ini mengacu pada konsistensi, atau kurangnya konsistensi antara pengalaman individu sensorik dan konsep diri.
2. Unsur-unsur terapi
a.Peran terapis
Menurut Rogers, peran terapis bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap-sikap mereka, tidak pada teknik-teknik yang dirancang agar klien melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa sikap-sikap terapislah yang memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuna, teori atau teknik-teknik yang mereka miliki. Terapis dan klien tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan dicapai. Terapis percaya bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin dicapainya. Terapis hanya faslitator dan kesabaran adalah esensial.
b.Tujuan terapis
Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang dimilikinya pada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah non direktif yaitu pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi.
3. Teknik-teknik terapi
Untuk terapis person-centered, kualitas hubungan terapis jauh lebih penting daripada teknik. Menurut Rogers ada tiga kondisi terapi, yaitu :
a.Empati
Empati adalah kemampuan terapis untuk merasakan bersama dengan klien dan menyampaikan pemahaman kembali kepada mereka. Empati adalah usaha untuk berpikir bersama dan bukan berpiki tentang atau mereka. Rogers mengatakan bahwa penelitian yang ada makin menunjukkan bahwa empati dalam suatu hubungan mungkin adalah faktor yang paling berpengaruh dan sudah pasti merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dan pembelajaran.
b.Positive Regard
Dikenal juga sebagai akseptansi adalah geunine caring yang mendalam untuk klien sebagai pribadi sangat menghargai klien karena keberadaannya.
c.Congruence
Adalah kondisi transparan dalam hubungan terapeutik dengan tidak memakai topeng atau pulasan-pulasan. Menurut Rogers perubahan kepribadian yang positif dan signifikan hanya bisa terjadi di dalam suatu hubungan.
 
v  LOGOTERAPI

1. Konsep dasar pandangan Frankl tentang perilaku/kepribadian
Logoterapi berasal dari kata “logos” yang dalam bahasa yunani berarti makna dan juga rohani. Sedangkan terapi adalah penyembuhan atau pengobatan. Logoterai secara umum dapat digambarkan sebagai corak psikolog / psikiatri yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia di samping dimensi ragawi dan kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna hidup dan hasrat adalah hidup yang didambakan.
2. Unsur-unsur terapi
a. Munculnya gangguan logoterapi biasanya dilakukan untuk klien-klien yang mengalami PTSD (Post Traumatic Stres Disorder), karena biasanya orang yang stres akibat trauma cenderungmenyalahkan diri sendiri bahkan bisa ke resiko mencederai diri dan orang lain.
b.Tujuan terapi
Tujuan dari logoterapi adalah memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras,keyakinan dan agama. 2. Menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan. 3. Memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.
c. Peran terapis, peranan dan kegiatan terapis menurut Semiun (2006) terdapat beberapa peranan dan kegiatan terapis yaitu menjaga hubungan akrab dan pemisahan ilmiah, mengendalikan filsafat pribadi, terapis bukan guru, memberi makna lagi pada hidup, memberi makna lagi pada penderitaan, menekankan maknakerja dan menekankan makna cinta.
3. Teknik-teknik Logoterapi
Metode penanganan atau teknik-teknik terapi yaitu :
a.Intensi paradoksikal
Frankl memulai dengan membahas suatu fenomena yang disebut kecemasan antisipatori yaitu, kecemasan yang diitmbulkan oleh antisipasi individu atas suatu situasi dan atau gejala yang ditakutinya. Kecemasan antisipatori ini lazim dialami oleh para pengidap fobia.
b.Derefleksi
Frankl kembali menggunakan kecemasan antisipatori sebagai titik tolak. Menurut Frankl, pada kasus dimana kecemasan antisipatori menunjukkan pengaruhnya yang kuat, kita bisa mengamati suatu fenomena yang cukup menonjol, yakni paksaan kepada observasi diri atau pemaksaan untuk mengatasi diri sendiri. Istilah lain untuk fenomena tersebut adalah refleksi yang berlebihan
c.Bimbingan rohani
Menurut Frankl untuk kasus-kasus neurosis noogenik logoterapi merupakan terapi yang spesifik, sementara untuk sejumlah kasus lainnya logoterapi merupaka terapi non spesifik. Artinya, ada kasus-kasus dimana psikoterapi konvensional perlu diterapkan, dan logoterapi bisa digunakan sebagai pelengkap guna menghasilkan kesembuhan yang komplet. Ada pula kasus-kasus dimana yang diperlukan bukan terapi, melainkan sesuatu yang lain yaitu bimbingan rohani.
 
 
 
 
 
 
 
Daftar Pustaka
 
Feist, J & Feist, G. 2014. Teori Kepribadian Theories of Personality. Jakarta: Salemba Humanika
Abidin, Zanial, 2002. Analisis Eksistensial Untuk Psikologi dan Psikiatri. Bandung: PT Refika Aditama.
Corey, G. (1999). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Koeswara, E. (1992). Logoterapi Psikoterapi Viktor Frankl. Yogyakarta: Kanisius
Keishafeggy.blogspot.co.id/2015/04/konsep-dasar-pandangan-humanistik.html?m=1
https://mahamaul.wordpress.com/2015/04/22/artikel-6-konsep-carl-rogers-tentang-kepribadian-unsur-unsur-terapi-metode-metode-dalam-person-centered-therapy/